JAKARTA - Gangguan besar melanda bandara-bandara utama di Prancis akibat aksi mogok yang dilakukan oleh petugas pengatur lalu lintas udara. Dalam dua hari berturut-turut, hampir 1.000 penerbangan dibatalkan, dan lebih dari setengah juta penumpang mengalami keterlambatan atau pembatalan perjalanan. Aksi mogok ini bukan hanya berdampak pada ribuan calon penumpang, tetapi juga menimbulkan kerugian finansial yang sangat signifikan bagi maskapai penerbangan, baik nasional maupun internasional.
Menteri Transportasi Prancis, Philippe Tabarot, dengan tegas menyatakan bahwa tindakan pemogokan yang dilakukan oleh 272 pengatur lalu lintas udara tersebut adalah sesuatu yang tidak dapat diterima. Dalam wawancara dengan penyiar Europe 1, ia menegaskan, “Ini tidak dapat diterima. Kemarin dan hari ini, tindakan 272 orang tersebut berdampak pada lebih dari 500.000 orang. Ini juga akan menyebabkan kesulitan keuangan bagi maskapai penerbangan, baik maskapai Prancis maupun asing, karena pemogokan tersebut sangat mahal akibatnya.”
Di sisi lain, Tabarot menyoroti bahwa para petugas pengatur lalu lintas udara sebenarnya telah mendapatkan berbagai keuntungan dalam pekerjaan mereka, seperti kenaikan gaji tujuh persen tahun lalu, jam kerja yang relatif singkat yaitu 32 jam per minggu, serta usia pensiun yang tergolong muda, yakni 59 tahun. Pernyataan ini mencerminkan posisi pemerintah yang melihat tuntutan para pengatur lalu lintas udara sebagai kurang beralasan.
Namun, pernyataan tersebut dibantah oleh serikat pekerja yang memimpin aksi mogok. Dua serikat utama, USAC-CGT dan UNSA-ICNA, yang mewakili sekitar sepertiga karyawan di sektor ini, mengungkapkan bahwa jumlah personel yang ada saat ini tidak mencukupi untuk menangani beban kerja yang semakin meningkat. Selain itu, mereka juga mengeluhkan tekanan inflasi yang membuat kondisi ekonomi mereka semakin berat dan menuntut perbaikan kondisi kerja serta pengisian kekurangan tenaga secara struktural. Mereka juga menyoroti adanya praktik manajemen yang mereka sebut “beracun”, yang memperburuk suasana kerja di lingkungan tersebut.
Aksi mogok ini berdampak signifikan pada operasional sejumlah bandara besar di Prancis. Bandara Nice menjadi yang paling terdampak, dengan hampir setengah dari jadwal penerbangan dibatalkan. Bandara di Paris juga tidak luput dari gangguan, dengan 40 persen penerbangan mengalami pembatalan. Sementara itu, bandara-bandara lain seperti Lyon, Marseille, Montpellier, Ajaccio, Bastia, Calvi, dan Figari mencatat pembatalan penerbangan sekitar 30 persen.
Pada hari sebelumnya, yaitu Kamis, jumlah penerbangan yang dibatalkan mencapai 933, hampir sama dengan hari Jumat. Dampak ini menyebabkan kerugian besar bagi maskapai penerbangan, termasuk Air France, yang merupakan maskapai utama nasional. Tabarot memperkirakan kerugian finansial yang dialami oleh maskapai akibat pemogokan ini bisa mencapai jutaan euro.
Secara keseluruhan, situasi ini menunjukkan ketegangan yang masih berlangsung antara pemerintah dan pekerja pengatur lalu lintas udara. Pemerintah menekankan bahwa kondisi kerja yang diterima para petugas sebenarnya sudah memadai, sementara serikat pekerja menuntut agar pemerintah dan manajemen mendengarkan keluhan mereka dan segera melakukan perbaikan yang diperlukan.
Aksi mogok ini menjadi peringatan serius bagi sistem transportasi udara Prancis yang selama ini dikenal sebagai salah satu yang paling sibuk dan teratur di Eropa. Ketidakpuasan para pengatur lalu lintas udara terhadap kondisi kerja mereka berpotensi mengguncang kelancaran operasional sektor penerbangan nasional dan internasional jika tidak segera diselesaikan.