MOBIL LISTRIK

Masih Banyak Keraguan, Mobil Listrik di Indonesia Hadapi Hambatan yang Kompleks

Masih Banyak Keraguan, Mobil Listrik di Indonesia Hadapi Hambatan yang Kompleks
Masih Banyak Keraguan, Mobil Listrik di Indonesia Hadapi Hambatan yang Kompleks

JAKARTA - Meski pemerintah telah berupaya mendorong penggunaan mobil listrik melalui berbagai insentif dan promosi, kenyataannya masyarakat Indonesia masih menunjukkan sikap hati-hati terhadap kendaraan listrik (Battery Electric Vehicle/BEV). Banyak faktor yang memengaruhi keputusan konsumen untuk beralih dari kendaraan berbahan bakar fosil ke mobil listrik, dan bukan tanpa alasan. Lembaga riset Populix mengungkap beberapa kendala utama yang membuat adopsi mobil listrik di Tanah Air berjalan lambat.

Apa yang Membuat Masyarakat Masih Ragu Menggunakan Mobil Listrik?

Dalam sebuah diskusi bersama Forum Wartawan Otomotif (Forwot) di Jakarta Selatan, Head of Research for Automotive Populix, Susan Adi Putra, menguraikan tiga kekhawatiran besar yang masih membayangi calon pembeli mobil listrik di Indonesia.

1. Perbaikan Mobil Listrik yang Rumit dan Kurangnya Teknisi Terlatih

Salah satu alasan utama yang membuat masyarakat ragu adalah sulitnya akses ke layanan servis dan perbaikan khusus mobil listrik. Tidak semua bengkel umum memiliki kemampuan teknis maupun peralatan yang memadai untuk menangani masalah pada kendaraan listrik. Bahkan, banyak teknisi yang belum cukup pengalaman menangani komponen EV. Hal ini tentu menimbulkan kekhawatiran soal biaya perbaikan dan ketersediaan layanan purna jual yang memadai.

2. Kapasitas Baterai Terbatas dan Infrastruktur Pengisian yang Kurang Merata

Keterbatasan jarak tempuh akibat kapasitas baterai yang masih belum ideal menjadi hambatan praktis bagi calon pengguna. Ditambah lagi, ketersediaan stasiun pengisian baterai (charging station) yang masih jauh dari merata membuat perjalanan jauh dengan mobil listrik terasa kurang nyaman dan mengkhawatirkan. Infrastruktur yang belum berkembang dengan pesat memunculkan kekhawatiran akan kepraktisan dan mobilitas harian pengguna.

3. Harga yang Masih Mahal dan Proses Pengisian yang Lama

Meski pemerintah sudah memberikan insentif yang cukup menggoda, harga mobil listrik masih terbilang tinggi dibandingkan mobil konvensional di kelas yang sama. Selain itu, waktu pengisian baterai yang relatif lama dianggap kurang efisien, apalagi bagi masyarakat urban yang memiliki mobilitas tinggi dan membutuhkan kendaraan yang bisa cepat digunakan kembali.

Subsidi dan Insentif Pemerintah: Belum Cukup Mengatasi Gap Harga

Pemerintah sendiri telah meluncurkan sejumlah insentif untuk mendorong penggunaan mobil listrik, seperti:

PPN DTP 10% untuk kendaraan listrik yang dirakit di dalam negeri (CKD EV)

PPnBM DTP 15% untuk kendaraan utuh impor (CBU) dan CKD

Bebas bea masuk untuk mobil listrik impor (CBU)

Namun, insentif-insentif tersebut belum cukup menutup selisih harga antara mobil listrik dan mobil konvensional secara signifikan. Terlebih lagi, belum ada subsidi spesifik untuk mobil listrik yang menggunakan baterai berbasis nikel — jenis baterai yang saat ini banyak digunakan oleh pabrikan lokal di Indonesia. Hal ini membuat sebagian masyarakat masih melihat mobil listrik sebagai pilihan yang mahal dan kurang ekonomis dalam jangka pendek.

Keunggulan Mobil Listrik yang Tak Bisa Diabaikan

Meski menghadapi berbagai tantangan, mobil listrik juga memiliki sejumlah keuntungan yang semakin disadari oleh segmen tertentu, terutama generasi muda dan warga perkotaan yang peduli lingkungan dan efisiensi biaya.

Ramah Lingkungan: Mobil listrik tidak menghasilkan emisi gas buang dan hampir tidak berisik, sehingga cocok untuk gaya hidup yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Perawatan Lebih Sederhana dan Biaya Operasional Rendah: Dengan tidak adanya oli, radiator, dan sistem transmisi konvensional, biaya servis mobil listrik cenderung lebih murah dibanding kendaraan berbahan bakar fosil.

Pajak Tahunan Ringan dan Bebas Aturan Ganjil Genap: Berbagai kemudahan administratif menjadi nilai tambah bagi pengguna mobil listrik, khususnya di kota-kota besar dengan aturan lalu lintas ketat.

Tren Penjualan Mobil Listrik di Indonesia: Masih Fluktuatif

Menurut data dari Gaikindo, penjualan mobil listrik BEV di Indonesia mengalami penurunan dari 7.400 unit pada bulan sebelumnya menjadi 6.391 unit pada bulan terbaru yang tercatat. Penurunan sekitar 13,63% ini menandakan bahwa pasar mobil listrik masih mengalami dinamika yang cukup signifikan.

Beberapa merek yang mendominasi pasar kendaraan listrik di Indonesia saat ini meliputi:

BYD

Denza

Chery

Wuling

Meski angka penjualan masih berfluktuasi, kemunculan merek-merek baru serta perkembangan teknologi baterai — termasuk inovasi solid-state battery — memberikan harapan bagi pertumbuhan pasar mobil listrik dalam jangka menengah dan panjang. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada keraguan, masa depan mobil listrik di Indonesia tetap menjanjikan jika berbagai tantangan dapat diatasi secara bertahap.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index