JAKARTA - Di tengah meningkatnya sorotan terhadap dampak industri terhadap lingkungan, salah satu pelaku utama di sektor pertambangan nasional, MIND ID, menunjukkan pendekatan yang berbeda. Alih-alih menempatkan eksplorasi sumber daya sebagai satu-satunya prioritas, holding BUMN pertambangan ini justru menempatkan pemeliharaan lingkungan laut sebagai bagian integral dari strategi bisnisnya.
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi kelautan luar biasa. Namun, potensi itu juga menyimpan risiko ketika aktivitas industri tidak dijalankan secara bertanggung jawab. MIND ID memahami bahwa ruang laut yang dimanfaatkan untuk operasional logistik dan jalur distribusi industri harus dikelola dengan prinsip keberlanjutan yang kuat.
Upaya tersebut bukan sekadar wacana. Holding yang membawahi perusahaan-perusahaan tambang strategis Indonesia ini mulai mengintegrasikan pendekatan ekologis dalam semua lini operasionalnya, terutama yang bersinggungan langsung dengan wilayah laut dan pesisir.
Menyatukan Ekonomi dan Ekologi
Direktur Utama MIND ID, Maroef Sjamsoeddin, menjelaskan bahwa pihaknya tidak sekadar menjadikan laut sebagai pendukung jalur logistik pertambangan. Justru laut dipandang sebagai bagian penting dari sistem kehidupan nasional yang harus dilestarikan seiring proses hilirisasi industri.
“Kami percaya, memanfaatkan sumber daya mineral ini bukan berarti mengabaikan lingkungan, baik darat maupun wilayah laut. Justru, laut harus dijaga karena telah memberikan manfaat besar bagi Indonesia,” ujarnya dalam forum bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan.
MIND ID, kata Maroef, memastikan bahwa semua kegiatan operasional di wilayah laut telah memiliki izin yang sah dan sesuai regulasi. Tidak hanya itu, perusahaan juga menjalankan pemantauan lingkungan secara berkala untuk mencegah degradasi yang merusak ekosistem.
Langkah nyata dilakukan MIND ID dengan menggalang kolaborasi bersama Direktorat Jenderal Penataan Ruang Laut di bawah Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Kerja sama ini mencakup pemanfaatan ruang laut secara terencana dan upaya aktif dalam rehabilitasi lingkungan melalui program-program yang telah terbukti berdampak.
Fishing Ground dan Rumpon: Investasi Ekologis Jangka Panjang
Salah satu bentuk kontribusi konkret MIND ID terhadap keberlanjutan ekosistem laut adalah program Fishing Ground. Tujuan dari program ini adalah menciptakan habitat buatan untuk mendorong pertumbuhan populasi ikan di perairan pesisir.
Langkah tersebut diimplementasikan melalui penurunan rumpon, yakni instalasi buatan yang berfungsi sebagai tempat tinggal ikan dan organisme laut lainnya. Sebanyak 133 rumpon telah diturunkan di Perairan Bangka Belitung. Hasilnya, bukan hanya peningkatan biodiversitas laut, tetapi juga manfaat ekonomi yang mulai dirasakan nelayan sekitar.
Pelestarian Ekosistem Mangrove
Tak hanya fokus pada laut dalam, MIND ID juga aktif menjaga garis pantai melalui program penanaman mangrove. Sepanjang 2024, lebih dari 56.500 bibit mangrove telah ditanam di kawasan pesisir Bangka Belitung dan Sumatera Utara.
Mangrove dikenal sebagai benteng alami yang melindungi wilayah pesisir dari abrasi, gelombang tinggi, dan intrusi air laut. Selain itu, hutan mangrove berperan penting dalam menyerap karbon dan menyediakan tempat berkembang biak bagi berbagai jenis biota laut.
Maroef menegaskan bahwa program ini bukan sekadar tanggung jawab sosial korporasi, tetapi bagian dari fondasi strategis dalam mendukung ekosistem lestari yang tetap bisa bersanding dengan industri.
Pemanfaatan Ruang Laut: Antara Kepastian Regulasi dan Komitmen Lingkungan
Dengan cakupan wilayah operasional yang luas, MIND ID menjadi salah satu pemegang Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut (KKPRL) terbanyak. Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menerbitkan sebanyak 46 KKPRL untuk kegiatan MIND ID, mulai dari terminal khusus, terminal kepentingan sendiri (TUKS), hingga kegiatan pertambangan laut.
Total penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari aktivitas tersebut telah mencapai Rp165,33 miliar. Direktur Jenderal Penataan Ruang Laut KKP, Kartika Listriana, mengapresiasi langkah proaktif MIND ID dalam mematuhi aturan serta mendorong sinergi lintas sektor.
Menurut Kartika, Indonesia memiliki wilayah perairan yurisdiksi nasional seluas 6,4 juta km² yang mengandung kekayaan biodiversitas luar biasa. Potensi tersebut meliputi 8.500 spesies marine biodiversity, lebih dari 50.000 km² terumbu karang, ribuan km² padang lamun, serta ekosistem mangrove yang luas.
“Dengan kekayaan sebesar ini, nilai ekonomi sektor kelautan diperkirakan mencapai antara 3 hingga 6 triliun dolar AS. Ini menunjukkan bahwa upaya menjaga laut bukan sekadar soal lingkungan, tapi juga keberlanjutan ekonomi bangsa,” jelasnya.
Menjadi Role Model Industrialisasi Berkelanjutan
MIND ID menegaskan bahwa keberadaan mereka di wilayah laut bukan hanya untuk kepentingan bisnis semata, tetapi juga untuk mengangkat praktik baik dalam mengelola sumber daya. Melalui pendekatan yang berimbang antara industrialisasi dan konservasi, perusahaan ini ingin menjadi contoh bagi pelaku industri lain.
Pemanfaatan laut dalam kegiatan ekonomi tak bisa dihindari. Namun, menurut Maroef, hal ini tetap bisa dilakukan tanpa harus mengorbankan prinsip keberlanjutan. Justru, dengan komitmen kuat pada penjagaan lingkungan, industri dapat tumbuh berdampingan dengan alam.
“Kami ingin menjadi bukti bahwa pertambangan dan pelestarian alam bisa berjalan beriringan. Indonesia butuh pertumbuhan ekonomi, tapi juga memerlukan laut yang sehat dan lestari untuk generasi mendatang,” tutup Maroef.