Bank Indonesia

Bank Indonesia Dorong Ekonomi Syariah Jadi Motor Baru

Bank Indonesia Dorong Ekonomi Syariah Jadi Motor Baru
Bank Indonesia Dorong Ekonomi Syariah Jadi Motor Baru

JAKARTA - Indonesia tengah menatap peluang besar untuk menjadi pusat ekonomi syariah (eksyar) dunia pada 2029. Bank Indonesia (BI) menilai bahwa eksyar tidak hanya sekadar alternatif sistem keuangan, melainkan fondasi penting yang dapat mendukung pembangunan nasional secara inklusif, adil, dan berkelanjutan.

Visi besar tersebut tidak lahir begitu saja. Di berbagai wilayah, khususnya Kawasan Timur Indonesia (KTI), BI menggencarkan sinergi antara komunitas, pesantren, hingga UMKM untuk mendorong pertumbuhan ekonomi syariah. Harapannya, penguatan ekosistem halal ini bisa menjadi sumber pertumbuhan baru bagi bangsa.

Eksyar sebagai Strategi Nasional

Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia, Imam Hartono, menegaskan pentingnya menjadikan eksyar bagian integral dari strategi pembangunan nasional. Ia menekankan bahwa BI bersama Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) akan terus berkolaborasi lintas sektor dalam memperkuat rantai nilai halal, mengembangkan pembiayaan syariah yang inklusif, serta meningkatkan literasi keuangan masyarakat.

“Bank Indonesia bersama Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) serta seluruh mitra strategis akan terus berkolaborasi lintas sektor dalam memperkuat rantai nilai halal, pembiayaan syariah yang inklusif dan adaptif,” ujar Imam Hartono.

Dengan landasan nilai-nilai luhur Islam, literasi dan inklusi keuangan syariah diharapkan mampu memperluas pemahaman masyarakat sekaligus meningkatkan partisipasi aktif dalam mendukung pertumbuhan eksyar.

FESyar KTI dan Kontribusi Nyata

Upaya mewujudkan visi Indonesia sebagai pusat ekonomi syariah dunia tercermin dalam gelaran Festival Ekonomi Syariah Kawasan Timur Indonesia (FESyar KTI). Acara ini menjadi wadah bagi pelaku UMKM, lembaga keuangan syariah, komunitas, hingga pemerintah daerah untuk bersama-sama membangun ekosistem halal.

Rangkaian FESyar KTI mencatat sejumlah capaian konkret. Transaksi penjualan produk halal dari 22 provinsi di wilayah KTI berhasil diraih, sementara temu bisnis UMKM dengan lembaga keuangan syariah mencatat penyaluran pembiayaan sebesar Rp15,8 miliar.

Lebih dari itu, implementasi 16 titik Zona Kuliner Halal Aman dan Sehat (Zona KHAS) menjadi bukti nyata hadirnya ruang kuliner ramah syariah. Tidak hanya itu, sebanyak 2.240 sertifikasi halal diberikan kepada UMKM se-KTI, yang memperkuat daya saing produk lokal di pasar domestik maupun global.

Potensi Kalimantan Barat

Kalimantan Barat (Kalbar) menjadi salah satu wilayah dengan potensi besar dalam pengembangan produk halal. Komoditas unggulan seperti sawit, karet, kopi, lidah buaya, hingga hasil perikanan berpeluang diolah menjadi produk halal bernilai tambah tinggi.

Akses perdagangan internasional melalui pintu perbatasan Entikong dan Aruk semakin memperluas peluang ekspor ke Malaysia, Brunei, dan negara ASEAN lain. Ditambah lagi, pariwisata halal berbasis budaya Islam-Melayu dengan ikon Sungai Kapuas dan Tugu Khatulistiwa turut menguatkan daya tarik wilayah ini.

Wakil Gubernur Kalimantan Barat, Krisantus Kurniawan, menilai kegiatan seperti FESyar menjadi momentum strategis untuk memperkenalkan dan mengembangkan eksyar.

“Kalbar memiliki potensi luar biasa dalam pengembangan eksyar. Dengan keberagaman budaya Dayak, Melayu, Tionghoa, dan berbagai suku lainnya yang hidup harmonis, Kalbar juga menawarkan berbagai produk halal yang autentik. Mulai dari kuliner tradisional yang menjaga prinsip halal, pariwisata halal, hingga wastra yang dapat diangkat dalam modest fashion,” tandasnya.

Menguatkan Literasi dan Inovasi

FESyar KTI tidak hanya berfokus pada transaksi ekonomi, tetapi juga mendorong literasi masyarakat. Lebih dari 44 ribu pengunjung hadir dalam berbagai agenda, mulai dari Sharia Fair, Sharia Forum, hingga kompetisi.

Selain itu, pelatihan khusus seperti Training of Trainer bagi 456 jurnalis ekonomi syariah juga digelar untuk memperkuat literasi publik terkait eksyar. Hal ini penting agar pesan tentang potensi besar ekonomi syariah dapat tersampaikan lebih luas ke masyarakat.

Di sisi lain, konsep keberlanjutan juga mendapat porsi penting. Kolaborasi Green Space x Plastic Pay berhasil mendaur ulang lebih dari 4.200 botol plastik dan mengurangi jejak karbon hingga 450 kilogram. Inisiatif ini membuktikan bahwa ekonomi syariah tidak hanya soal keuangan, melainkan juga kepedulian terhadap lingkungan.

Wakaf sebagai Instrumen Ekonomi

Dalam rangkaian kegiatan, BI bersama mitra juga meluncurkan Gerakan Kalbar Berwakaf. Gerakan ini memperkuat peran wakaf sebagai instrumen pembangunan sosial dan ekonomi. Wakaf tidak lagi dipandang hanya sebatas amal, tetapi juga menjadi bagian dari strategi pembangunan berkelanjutan.

Menuju Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2025

FESyar KTI merupakan salah satu tahapan menuju gelaran lebih besar, yaitu Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2025 yang akan berlangsung di Jakarta. Acara tersebut diharapkan memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat rujukan eksyar global sekaligus memperlihatkan pada dunia bahwa ekonomi syariah bisa menjadi motor penting dalam pembangunan bangsa.

Dengan langkah-langkah strategis yang ditempuh BI bersama KNEKS, komunitas, pesantren, UMKM, serta dukungan pemerintah daerah, target menjadikan Indonesia pusat ekonomi syariah dunia pada 2029 bukanlah sekadar mimpi. Melainkan sebuah visi yang mulai terwujud melalui sinergi nyata di lapangan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index